Laman

Jumat, 09 April 2010

Menawar Rindu

Bebaskan aku bercerita, pada deru angin seketika kau berlalu.
Pada waktu yang seperti berhenti saat kau tak di sisi.
Pada kepingan kisah yang kau biarkan tercipta, sendiri.

Merindu namanya.

Kemudian angin membiarkan aku meringkuk dingin dalam pojokan kamar, tak berteman, hanya sepi.
Waktu terus mengikis kesabaran menjumpai jawaban asa berjumpa.
Dan kisahku terus mengalirkan air mata kerinduan.

Ingin menyudahi, sudah, cukupkanlah.
Mulutku sudah tak mampu menggetirkan harap yang kian membumbung, menatapmu.

Lelah.
Mungkinkah merindu tanpa debar harap?
Tanpa merasa sendiri?
Tanpa harus berurai air mata?
Tetap dalam kesabaran menanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar